Menjalin Cinta Dengan Paman

Tetap Ketahuan 



Tetap Ketahuan 

0Xu Wei yang berdiri di luar melihat tanda yang terpasang di depan pintu toilet dan berpikir bahwa tempat itu sedang dalam perbaikan. Jadi, setelah memanggil An Ge'er dan tidak mendapat jawaban, dia pun pergi.     

'Xu Wei hanyalah temanku saja.'     

'Teman saja.'     

Sementara itu, An Ge'er berdiri dengan konyol, kata-kata Bo Yan terus terngiang di kepalanya. Tiba-tiba, seakan-akan sebongkah batu berat yang ada di dasar hatinya pun menghilang.     

"Lalu, lalu kenapa?"     

Mata An Ge'er berkilat, dia berbicara dengan nada seakan tidak setuju dan tidak tahu apa yang dimaksud pamannya itu.     

Namun, Bo Yan membelai rambutnya, suaranya rendah dan memikat, "Hmm, jadi kamu tidak perlu khawatir."     

Tubuh An Ge'er menegang, hatinya bergetar, dia tidak dapat berkata-kata.     

Tiba-tiba, An Ge'er mengangguk dengan sedikit merasa bersalah. Telapak tangannya tegang dan nyaris berkeringat.     

'Apakah Paman baru saja memberikan penjelasan kepadaku secara khusus?'     

"…Aneh." An Ge'er menunduk sambil bersungut-sungut pelan, tetapi pipinya merah padam.     

Sesaat kemudian, mereka berdua pun keluar. An Ge'er menarik lengan Bo Yan, lalu berdehem dan berkata dengan nada serius, "Paman dan aku sebaiknya tidak keluar bersama-sama, itu akan membuat orang curiga."     

An Ge'er tidak ingin Xu Wei melihat dirinya dan Bo Yan sedang bersama.     

Sudut bibir Bo Yan terkait, dia melihat ke depan dan tiba-tiba berkata dengan ringan, "Sudah terlambat."     

An Ge'er sedang bertanya-tanya apa maksud perkataan Bo Yan. Namun ketika dia berbalik dan menengadahkan kepala, terlihat sosok wanita cantik bergaun hitam yang berada tidak jauh dari sana. Raut wajahnya pun seketika berubah.     

Xu Wei berdiri di sana sambil memandang mereka. Wajahnya yang halus dan cantik itu agak kaku. Namun, lebih dari itu, sorot matanya ketika menatap An Ge'er tampak agak terkejut, bahkan juga geli. Sikap dingin dalam dirinya sesaat mengental.     

"Kak Wei Wei…"     

Bibir An Ge'er bergerak. Mendengar itu, Xu Wei hanya mengaitkan sudut bibirnya, tetapi senyuman itu tidak mencapai matanya. Sedetik kemudian, gadis itu langsung berbalik dan pergi.     

Mendadak, ada perasaan tidak nyaman dalam hati An Ge'er. Dia langsung hendak pergi mengejar Xu Wei, tetapi Bo Yan sekali lagi menarik lengannya. Melihat situasi itu, dia pun kesal dan langsung menariknya kembali. "Apa yang sebenarnya yang kamu inginkan?!"     

"Untuk apa kamu marah padaku?"     

An Ge'er pun tidak dapat menahan amarahnya, "Bagaimana aku tidak menyalahkanmu? Kak Wei Wei memintaku untuk menemaninya menemui pacarnya. Dan sekarang, apa yang terjadi?!"     

"Pacar?" Bo Yan mengernyit, nada bicaranya tiba-tiba menjadi agak dingin, "Sudah kubilang, aku dan dia hanya kenalan lama."     

"Tapi dia menyukaimu."     

An Ge'er sudah berusaha mengatupkan bibirnya rapat-rapat, tetapi dia tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya.     

Walaupun sebenarnya Xu Wei tidak mengatakan dengan mulutnya sendiri bahwa Bo Yan adalah pacarnya, tetapi semua orang yang punya mata pun pasti dapat melihat bahwa gadis itu menyukai paman An Ge'er.     

Di luar perkiraan, Bo Yan menyelipkan satu tangan ke dalam saku celananya dan mengucapkan satu kalimat dengan wajah acuh tak acuh, "Siapa orang yang disukainya, apa itu ada hubungannya denganku?"     

"Kamu…!"     

An Ge'er merasa dibungkam oleh ucapan Bo Yan. Sesaat, dia seolah tersedak tanpa bisa berkata-kata.     

Namun entah mengapa, mendengar Bo Yan berkata seperti itu, hati An Ge'er sepertinya tidak lagi begitu sesak…     

Pertemuan yang tadinya baik-baik saja itu jadi terganggu seperti ini. Bagaimanapun di lubuk hatinya An Ge'er tetap merasakan sedikit rasa bersalah yang tidak dapat dijelaskan terhadap Kak Xu Wei.     

***     

Keesokan harinya di lokasi syuting.     

An Ge'er memiliki jadwal syuting seperti biasa. Hari itu ada adegan bersama Xu Wei yang dijadwalkan pagi-pagi sekali.     

Malam harinya, An Ge'er tidak bisa tidur. Gadis itu baru mulai terlelap setelah tengah malam, tetapi alarmnya sudah berbunyi bahkan sebelum matahari terbit.     

Sebenarnya, An Ge'er merasa kepalanya sakit sekali karena tidak tidur dengan baik. Namun karena takut membuat syuting tertunda, dia menahan rasa tidak nyaman itu dan segera bersiap-siap.      

Saat tiba di lokasi syuting, An Ge'er pun terkejut. Jelas-jelas dia ingat bahwa hari itu ada jadwal syuting pada saat subuh, ada adegan yang perlu diambil. Melihat langit yang mulai terang, gadis itu yakin dia datang tepat waktu. Namun selain dirinya, tidak ada orang lain lagi di sana.     

An Ge'er mencoba menelepon sutradara, tetapi ponsel sutradara tidak aktif.     

'Apa yang terjadi? Apakah aku salah mengingat jadwal?'     

Sampai beberapa saat, akhirnya An Ge'er pun memilih untuk tetap tinggal di lokasi syuting yang luas itu untuk menunggu orang lain datang.     

Udara subuh masih sangat dingin. An Ge'er tetap kedinginan sampai bersin-bersin meskipun dia sudah mengenakan jaket.     

Saat An Ge'er tertidur di kursi, tiba-tiba tubuhnya terasa ringan, seseorang mengangkatnya. Dia adalah orang yang mudah terbangun, seketika itu pun, dia langsung terjaga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.